
Kiranya itulah yang hendak disampaikan oleh Utusan Khusus Menteri Luar  Negeri AS untuk Masyarakat Muslim, Farah Anwar Pandith, kepada VIVAnews.com,  Selasa, 9 Agustus 2011. Dalam wawancara, Pandith juga menggarisbawahi  peran Islam dalam sejarah mewujudkan kebebasan beragama dan toleransi di  negaranya.
Antara lain hal ini terwujud dari sikap para kepala negara AS yang  menempatkan Islam dalam koridor pemerintahan maupun sosial. Presiden AS  yang ke 34, Dwight Eisenhower, misalnya. Dia memberikan sebidang lahan  di Washington DC untuk para pemeluk Islam mendirikan mesjid dan  beribadah. Tempat inilah yang kemudian menjadi cikal bakal Islamic  Center di seantero AS.
Masih banyak lagi peran Islam dalam pembangunan AS, salah satunya dalam  bidang ekonomi dan kemasyarakatan. Untuk tahu lebih jauh, simak  wawancara lengkapnya berikut ini:
Bagaimana posisi Islam di pemerintahan AS?Di  AS, kami menerapkan prinsip pemerintahan yang terpisah antara gereja,  mewakili agama, dan negara. Berdasarkan prinsip itu, unsur agama  benar-benar tidak terdapat dalam urusan negara.
Contohnya, di negara kami tidak ada Kementerian Agama. Tak ada pula badan khusus lain yang menangani masalah agama.
Undang-undang dasar AS sendiri menggarisbawahi pentingnya kebebasan  sebagai komponennya yang paling esensial. Dalam UUD, kebebasan  berekspresi, beragama, dan kebebasan secara umum dijamin.
Setiap warga negara berhak menjalankan ajaran agama mereka masing-masing, bahkan tidak beragama pun diperbolehkan.Rumah  ibadah apapun bisa didirikan di AS. Atribut keagamaan apapun juga bebas  dipakai. Umat Kristen bebas memakai salib, Islam bebas memakai peci dan  kerudung, Yahudi bisa memakai penutup kepala mereka sendiri.
Di  AS sendiri, orang-orangnya memiliki rasa ingin tahu yang besar. Di  setiap masjid, pasti ada keterangan mengenai aliran keuangan, kegiatan  keagamaan, kegiatan antar agama, dan kegiatan lain yang dilakukan masjid  tersebut.
Saya  rasa penting bagi kita untuk mengetahui nilai-nilai dasar AS. Pendiri  negara kami menekankan perlunya pendidikan kebebasan beragama. Seperti  yang diucapkan Presiden George Washington, bahwa kebebasan semacam itu  sangatlah penting untuk rakyat AS.
Dari pemerintahan presiden Washington hingga Presiden Obama, semua  presiden membicarakan masalah keyakinan. Namun sejauh ini, baru Presiden  Obama yang benar-benar melakukan usaha menjamin kebebasan.
Islam sendiri sudah menjadi bagian dari AS karena agama itu masuk ke  negara kami ratusan tahun yang lalu. Jadi Islam sudah menjadi bagian  yang tidak terpisahkan dari sejarah bangsa kami. Islam merupakan bagian  penting untuk negara kami.
Bagaimana sejarah hubungan antara Islam dengan pemerintah AS?Para  pemimpin kami menghargai Islam, dan mereka memiliki cara sendiri untuk  menunjukkannya. Contohnya, pada masa pemerintahan Presiden Thomas  Jefferson, beliau meletakkan satu salinan lengkap Al-Qur'an di rak  bukunya. Presiden John Quincy Adams adalah presiden pertama yang  mengadakan iftar bersama dengan Duta Besar Tunisia.
Lebih dari 50 tahun lalu, Presiden Dwight Eisenhower mengetahui tidak  ada tempat khusus bagi Muslim untuk beribadah di Washington DC. Akhirnya  beliau memberikan sebidang tanah untuk Muslim Washington dan  mengatakan, tempat ibadah yang mereka inginkan bisa dibangun di atasnya.  Kini, di atas tanah itu berdiri Islamic Center Washington DC.
Bill Clinton saat masih menjabat sebagai presiden mengadakan perayaan  Idul fitri pertama di Gedung Putih. Presiden Gerald Ford dan Jimmy  Carter juga memberikan sedikit waktunya untuk turut berdoa pada waktu  berbuka puasa.
Presiden kami sebelumnya, George W. Bush, juga menaruh Al-Qur'an di  perpustakaannya di Gedung Putih. Bush adalah presiden AS pertama yang  menunjuk seorang Muslim menjadi imam AS untuk misi kebebasan beragama di  dunia.
Namun, Dari semua presiden yang berusaha merangkul masyarakat Muslim, usahanya belum ada yang sebagus Obama.
Presiden Obama berusaha merangkul Muslim di seluruh dunia. Beliau  beberapa waktu yang lalu sempat pergi ke Turki dan berusaha menjalin  hubungan dengan muslim di sana. Presiden Obama mengadakan perjanjian  yang didasarkan penghormatan dan kesamaan kepentingan. Di departemen  apapun yang ada di AS, kami semua menerapkan misi Obama tersebut.
Bagaimana kontribusi Muslim terhadap pertumbuhan ekonomi dan politik AS?
Ada integrasi antara Islam dan AS di setiap levelnya. Pada dasarnya,  warga AS bekerjasama dengan semua orang dari berbagai latar belakang,  termasuk Muslim.
Saya  bisa melihat mereka (Muslim) di semua bidang, mulai dari politik,  hukum, pendidikan, wirausaha dan bisnis. Ada pula Muslim AS yang terjun  sebagai ilmuwan kenamaan, musisi, atlet, dan representasi masyarakat  sipil lain.
Islam di AS akan menjadi besar, dan presiden Obama sudah pernah  membicarakan hal ini. Satu hal yang perlu saya tekankan, tidak ada  kontradiksi antara menjadi Muslim dan menjadi warga AS.
Dari segi bisnis, para masyarakat Muslim AS memiliki daya beli yang  paling tinggi di antara masyarakat lainnya, yaitu sekitar US$200 miliar  (Rp1,7 triliun). Itu jumlah yang sangat besar. Menurut lembaga poling  Gallup, komunitas Muslim juga merupakan salah satu yang memiliki  pendidikan dan penghasilan tertinggi. Muslim Amerika tidak bisa dianggap  enteng.
Apakah Islamophobia masih menjadi isu besar di AS? bagaimana pemerintahan Obama menanganinya?Selama  sepuluh tahun sejak terjadinya peristiwa 11 September, seluruh dunia  melihat Islam dengan cara berbeda. Namun demikian, ada pembeda antara  penganut Islam sejati dengan penganut paham ekstrem.
Saya lihat ada hampir 50 negara Muslim di seluruh dunia, dan tidak  menutup mata akan adanya orang-orang yang tidak toleran dan menaruh  prasangka. Presiden Obama menginginkan agar kita lebih fokus terhadap  usaha menjaga perdamaian dan saling menghormati.
Sebagai utusan untuk masyarakat Muslim, saya ingin tahu apa yang bisa  kami lakukan untuk mencegah Islamophobia meluas. Oleh sebab itu, kami  meluncurkan kampanye "2011 Jam Melawan Kebencian" di Facebook.
Banyak sekali anak muda yang tergabung dalam kampanye ini, mereka  menulis hal-hal seperti 'Ini bukan dunia yang ingin kami tinggali',  'Kami tidak mau hidup seperti ini'. Jadi, di Facebook kami mendapat  banyak dukungan dari anak muda yang ikut mendedikasikan jam mereka untuk  komunitas yang tidak memakai atribut keagamaan dan memeluk keyakinan  yang berbeda dengan mereka.
Saya sendiri mendedikasikan sekian jam untuk komunitas Kristen, sekian  jam lagi untuk komunitas Hindu. Asal para pendukung ini macam-macam,  mulai dari AS hingga Azerbaijan. Saya ingin Indonesia ikut terlibat  juga.
Bagaimana AS mencegah terjadinya kasus penistaan agama, contohnya seperti pembakaran Al-Quran beberapa waktu lalu?Kriminal,  apapun bentuknya, dilarang dalam hukum kami tanpa melihat keyakinan.  Pembakaran Al-Qur'an ini merupakan hal yang terpisah dari kebebasan  berekspresi. Jika ada tindakan yang melawan hukum, maka badan hukum akan  segera menindaknya.
Kebebasan berekspresi tidak boleh melanggar hukum. Namun ini seringkali  disalahgunakan orang-orang, mereka melakukan tindakan yang menyinggung.  Tentu saja kita tidak bisa mengatur perilaku dan kata-kata orang lain,  bukan?
'Makhluk-makhluk' pelaku pembakaran di Florida itu jumlahnya tidak  banyak, hanya 50 orang. Dengan demikian, mereka bukan representasi dari  masyarakat AS. Masyarakat kami secara luas adalah masyarakat yang saling  menghargai. Tak peduli Anda kaum mayoritas atau minoritas, di negara  kami, hak-hak setiap warga negara benar-benar terjamin.
***
Farah  Anwar Pandith ditunjuk oleh Menlu Hillary Clinton untuk menjadi utusan  khusus masyarakat Muslim pada Juni 2009. Tugasnya adalah merengkuh  masyarakat Muslim di seluruh dunia, baik di tingkat antar masyarakat  maupun organisasi. Dia mendapatkan gelar Master di Sekolah Hukum dan  Diplomasi Fletcher Universitas Tufts. Spesialisasinya adalah Studi  Keamanan Internasional, Peradaban Islam dan Asia Barat, Negosiasi  Internasional dan Resolusi Konflik.(eh)